Posted by : Unknown
Sabtu, 29 Maret 2014
Entah sejak kapan atau dengan alasan apa sehingga sering kita mendengar istilah gelandang pengangkut air. Entah apa artinya istilah yang identik dengan seorang gelandang tengah yang bekerja sebagai pemutus serangan lawan atau lebih dikenal sebagai gelandang bertahan. Sebenarnya boleh saja kita pakai istilah itu atau media menggunakannya dalam mengomentari seorang gelandang bertahan, karena sebenarnya gelandang bertahan adalah pahlawan tanpa tanda jasa di lapangan sepakbola. Dialah pemain yang menjaga kestabilan irama permainan sebuah tim saat diserang lawan.
Berkaitan dengan istilah gelandang pengangkut air tersebut, kita mengidentikkan pemain dengan gelar seperti itu adalah pemain yang sangat mobile dalam menjelajah lini tengah, belakang timnya. Pemain yang selalu siap sedia menutup setiap lubang yang ditinggalkan teman-temannya, dan biasanya dibekali dengan tekel yang mumpuni dan fisik yang kuat, serta tak perlu berskill bagus. Hanya modal spirit dan tekel saja cukup. Kita lihat Genarro Gattuso, Claude Makalele di Eropa atau di Indonesia Hariono, Syamsul Chairuddin. Pemain seperti ini memang dibutuhkan dalam setiap tim, tapi dalam keadaan tertekan atau saat timnya membangun serangan tim tak memerlukan pemain seperti ini. Sepakbola modern telah mentransformasi fungsi gelandang bertahan dari sekadar jago tekel dan menahan serangan lawan menjadi pemain yang jadi awal pergerakan rekan-rekannya dalam membangun serangn.
Sepakbola modern sekarang membutuhkan gelandang bertahan yang cerdas dan berskill tinggi dalam hal mengatur tempo, membuat peluang bahkan menjadi pemecah kebuntuan timnya. Dan tahun ini pentasbihan itu bisa dilihat dari lima orang pemain liga Eropa terbanyak yang memberikan passing 3 diantaranya adalah gelandang bertahan (termasuk Andrea Pirlo yang sebenarnya lebih berperan sebagai Deep Lying Playmaker). 2 nama lagi adalah dua playmaker Barcelona Xavi Hernandez dan Andreas Iniesta. DUa gelandang bertahan itu adalah Michael Carrick (Manchester United) dan Sergio Basquets (Barcelona).
Dua pemain ini menunjukkan bahwa gelandang bertahan tak harus banyak melakukan pelanggaran dan tekel, cukup pressing dan bermain possetion, banyak melakukan passing terukur dan dapat muncul tiba-tiba didepan gawang untuk memecah kebuntuan timnya. MU musim ini telah benar-benar menjadi pentasbihan kualitas seorang Carrick. Ibaratnya hasil pertandingan MU akan ditentukan oleh kinerja Carrick. Pemain ini akan terus berlari, menutup ruang, mem-passing bola dengan baik ke teman-temannya, melakukan umpan terobosan dengan tiba-tiba. Tak ayal MU selalu jadi pilihan utama pelatihny6 ketika menyusun formasi tim. Begitu juga dengan Basquets. Tiki-taka Barcelona sangat bergantung pada pemain ini, dialah yang menjadi penyeimbang 2 playmaker kawakan Barca XaviEsta. Terlepas dari beberapa kontroversi, Basquets dan Carrick membuktikan bahwa mereka adalah dua gelandang bertahan terbaik dunia saat ini.
Terkait dengan banyaknya siaran langsung sepakbola Eropa yang dapat dinikmati di Tanah Air, seharusnya pemain kita bisa banyak belajar. Sudah tidak jamannya main hanya dengan mengandalkan fisik, tekel keras atau hanya dengan modal sprint (kalau hanya mengandalkan sprint cepat, ikutan lomba lari aja, jangan sepakbola… uppsss :D). Sepakbola modern membutuhkan pemain cerdas, pemain yang jago Passing, pintar dalam penempatan posisi, bisa mempresing lawan dan membuat peluang. Carrick dan Basquets telah mengajarkan hal ini. Satu lagi, tak perlulah di puja-puja, dianggap pahlawan dan bahkan kadang orang tak menyadari kontribusinya untuk tim, tapi Carrick dan Basquets menunjukkan bahwa tanpa mereka timnya tak bisa apa-apa. Gelandang bertahan tak harus menjadi pengangkut air, tapi menjadi cukup menjadi pengalir air.
sumber : http://olahraga.kompasiana.com/